Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) atau Foot and Mouth Disease (FMD) merupakan penyakit yang sangat menular menyerang hewan berkuku belah (cloven hoop), seperti sapi, kerbau, domba, kambing, babi, rusa/kijang, onta dan gajah. PMK disebabkan oleh virus Foot Mouth Disease (FMDV) yang termasuk dalam famili Picornaviridae dan genus Aphtovirus. Secara fisik virus FMD berbentuk icosahedral symmetry dengan ukuran capsid (pembungkus RNA antara 25-30 nm. Capsid virus Picorna tersusun oleh 60 subunit protein yang identik, masing-masing unit mengandung 4 protein virus (VP1-4). Masing-masing protein VP1-3 mengandung 8-stranded β-barrel, seperti halnya dengan yang dimiliki oleh capsid virus lainnya.

Virus FMD yang menyebabkan penyakit PMK (https://www.wrlfmd.org/foot-and-mouth-disease/fmdv-genome)

Virus PMK masuk ke dalam tubuh hewan melalui mulut atau hidung dan virus memperbanyak diri pada sel-sel epitel di daerah nasofaring. Kemudian, virus PMK masuk ke dalam darah dan memperbanyak diri pada kelenjar limfoglandula dan sel-sel epitel di daerah mulut dan kaki (teracak kaki) yang mengakibatkan lesi-lesi. Penularan PMK dari hewan sakit ke hewan lain yang peka terutama terjadi karena adanya kontak langsung dengan hewan sakit, kontak dengan sekresi dan bahan-bahan yang terkontaminasi virus PMK, serta hewan karier. Penularan PMK dapat terjadi karena kontak dengan bahan/alat yang terkontaminasi virus PMK, seperti petugas, kendaraan, pakan ternak, produk ternak berupa susu, daging, jerohan, tulang, darah, semen, embrio, dan feses dari hewan sakit. Penyebaran PMK antar peternakan ataupun antar wilayah/negara umumnya terjadi melalui perpindahan atau transportasi ternak yang terinfeksi, produk asal ternak tertular dan hewan karier. Hewan karier atau hewan pembawa virus infektif dalam tubuh (dalam sel-sel epitel di daerah esofagus, faring) untuk waktu lebih dari 28 hari setelah terinfeksi sangat penting dalam penyebaran PMK.

Indonesia pernah menjadi negara yang tertular PMK. Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada pada tahun 1887 di Malang, yang kemudian menyebar ke berbagai wilayah Indonesia. Pengendalian PMK dilakukan secara terus menerus saat itu untuk pembebasan penyakit, namun pada tahun 1983, PMK meletup kembali di Kabupaten Blora Jawa Tengah. Pemberantasan PMK kemudian dilakukan secara masif dengan melakukan vaksinasi berkelanjutan selama tiga tahun berturut-turut hingga akhirnya penyakit ini berhasil dibebaskan kembali dan status bebas PMK dinyatakan dalam Resolusi OIE no XI tahun 1990. Hingga pada bulan april 2022 ditemukan kembali penyakit PMK di Indonesia. Kasus pertama wabah penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak pertama kali ditemukan di Kabupaten Gresik. Ada 402 ekor sapi terindikasi terjangkit PMK di lima kecamatan dan 22 desa pada 28 April 2022. Dinas Pertanian Jawa Timur menyebutkan, penyakit menular akut yang menyerang hewan ternak ini memiliki tingkat penularan 90-100 persen. Kemudian pada 1 Mei 2022, kasus kedua dilaporkan di Kabupaten Lamongan dengan jumlah 102 ekor sapi. Wabah pada kasus kedua ini tersebar di tiga kecamatan, yang meliputi enam desa. Di hari yang sama, ditemukan juga kasus PMK di Sidoarjo yang menjangkiti sapi potong sebanyak 595 ekor, sapi perah dan kerbau di 11 kecamatan. Kasus ini meliputi 14 desa. Kasus keempat terjadi pada 3 Mei 2022 di Kabupaten Mojokerto. Ada 148 ekor sapi potong terinfeksi penyakit yang sama dan seluruhnya tersebar di sembilan kecamatan serta 19 desa.

Gejala klinis PMK pada hewan ternak

Gejala klinis PMK pada hewan dapat bervariasi antar spesies hewan. Masa inkubasi PMK memerlukan waktu sekitar 2-8 hari. Secara umum, gejala klinis PMK adalah demam mencapai 39°C selama beberapa hari, tidak nafsu makan dan terdapat lesi-lesi pada daerah mulut dan keempat kaki. Lesi berupa lepuh pada permukaan selaput lendir mulut, termasuk lidah, gusi, pipi bagian dalam dan bibir. Pada kaki lesi akan terlihat jelas pada tumit, celah kuku dan sepanjang coronary bands kuku. Lesi juga bisa terjadi pada conchae, nostril, dan puting mamae. Pada sapi perah terjadi juga penurunan produksi susu, sedangkan pada domba, kambing dan rusa, lesi berupa lepuh kecil dan sulit teramati sehingga diperlukan pengamatan yang teliti. Pada beberapa kasus, gejala PMK sering dikelirukan dengan penyakit busuk kuku atau foot rot (Adjid, 2020). Pada sapi, umumnya terjadi hipersalivasi disertai busa (Soeharsono et al. 2010)

Gejala Klinis pada Sapi yang terinfeksi FMD tampak mengalami hipersalivasi (A), terdapat lesi lepuh pada lidah (B), dan kuku busuk/foot rot (C) (Fakhrul et al, 2016).

Upaya penanggulangan dan pengendalian PMK

Upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi dan mengendalikan wabah PMK di Indonesia yaitu dengan melakukan karantina dan pengawasan wilayah pada wilayah yang terserang wabah dan pernah melakukan aktivitas distribusi hewan dan produk ternak. Upaya pemusnahan juga dapat dilakukan pada daerah yang terserang wabah pada hewan yang rentan setelah dilakukan pengamatan secara teratur yang bertujuan untuk mengeliminasi sumber infeksi. Pemeriksaan perlu dilakukan terhadap produk-produk hewan ternak termasuk alat perantara distribusi produk hewan ternak, termasuk juga orang-orang yang berkiprah di lingkungan tersebut seperti dokter hewan, inseminator, pemilik kandang, petugas kandang, dan lain-lain. Vaksinasi secara massal dan berkelanjutan juga dapat dilakukan hingga status bebas penyakit PMK terutama pada hewan yang peka terhadap PMK untuk meningkatkan kekebalan hewan sebagai upaya menghentikan produksi virus PMK oleh hewan terinfeksi

Refrensi :

Adjid, R. M. A. 2020. Penyakit Mulut dan Kuku: Penyakit Hewan Eksotik yang Harus Diwaspadai Masuknya ke Indonesia. WARTAZOA, 30(2) : 61-70.

Fakhrul-Islam, K. M., Jalal, M. S., Poddr, S., Quader, M. D. N., Sahidur-Rahman, M. D., Dutta, A., Mazumder, S. 2016. Clinical Investigation of Foot and Mouth Disease of Cattle in Batiaghata Upazilla Veterinary Hospital, Banglades. Veterinary Sciences: Research and Reviews, 2(3) : 76-81.

https://bisnis.tempo.co/read/1590622/kementan-tetapkan-jawa-timur-dan-aceh-darurat-wabah-penyakit-mulut-dan-kuku

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220512145336-92-795974/kementan-siapkan-sejumlah-strategi-berantas-penyakit-mulut-dan-kuku

Soeharsono., Syafriati, T., Naipospos, T. S. P., 2010. Atlas penyakit hewan di Indonesia. Denpasar : Udayana Press University.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.