HSTP Sharing #2 telah sukses dilaksanakan pada hari Minggu, 29 Agustus 2021 secara daring melalui google meet. Acara yang membawakan tema tentang malnutrisi pada ternak ruminansia ini merupakan kolaborasi antara biro litbang HSTP FKH UGM dengan divisi ruminansia HSTP FKH UGM. Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan berbagi ilmu terkait masalah kekurangan nutrisi pada hewan ternak ruminansia, sehingga diharapkan peserta mampu memahami pencegahan dan penanggulangan yang tepat. Kegiatan dimulai dengan pemaparan materi dari perwakilan divisi ruminansia, kemudian dilanjut dengan kuis melalui aplikasi quizizz. Acara diakhiri dengan kajian berupa studi kasus dan mendiskusikan hasil bahasan terkait malnutrisi pakan.

Malnutrisi merupakan keadaan dimana pakan tidak mencukupi kebutuhan nutrisi hewan. Pada kesempatan kali ini, diangkat beberapa permasalahan yang seri g terjadi di lapangan terkait kejadian malnutrisi ternak, yaitu bloat, ruminal acidosis complex, hipokalsemia, dan ketosis. Penyakit-penyakit tersebut sering terjadi pada peternakan rakyat mengingat pengetahuan peternak yang terbatas, serta sumber daya pakan dan finansial peternak yang kurang memadai sehingga ternak seringkali diberi pakan seadanya dan kurang mencukupi kebutuhan nutrisi pada ternak. Pembawaan topik terkait malnutrisi dirasa penting bagi peserta sebagai calon dokter hewan yang nantinya akan menghadapi kasus serupa di lapangan sehingga diharapkan memiliki keterampilan yang mumpuni untuk menangani kasus tersebut.

Berikut merupakan sekilas materi dari tiap penyakit yang menjadi pembahasan:

  1. Bloat, adalah keadaan rumen membesar akibat kelebihan gas yang tidak dapat keluar. Hal ini dapat terjadi salah satunya dikarenakan pemberian leguminosa dengan kadar protein yang terlalu tinggi. Penanganan bloat dapat dilakukan dengan pemberian minyak sayur atau dengan trokarisasi.
  2. Ruminal acidosis complex, adalah gangguan pencernaan akibat intake karbohidrat mendadak yang mudah dicerna dalam rumen. Hal ini dapat dicegah dengan mengurangi jumlah karbohidrat siap fermentasi yang dikonsumsi setiap kali makan.
  3. Hipokalsemia, ditandai dengan menurunnya kadar Ca dalam darah, misalnya pada saat hewan melahirkan sehingga membuat hewan lumpuh. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan injeksi vitamin D atau preparat garam Ca glukonat pada hewan penderita.
  4. Ketosis, adalah penumpukan keton hasil perubahan metabolisme makanan protein tinggi dan lemak tinggi dengan sedikit karbohidrat. Penanganan dapat dilakukan dengan pemberian infus dekstrosa atau penambahan beberapa zat aditif pakan, seperti niasin, kalsium propionate, dan propilen glikol dapat mencegah ketosis.

Setelah pemaparan materi dari divisi ruminansia, kegiatan dilanjutkan dengan kajian studi kasus. Berikut merupakan isu yang dibahas beserta kesimpulan yang diambil oleh para peserta:

  1. Seorang petani di Desa Sukamakmur sering menggembalakan sapi tepat sebelum matahari terbit. Beberapa waktu setelahnya, petani tersebut terheran-heran melihat kondisi sapinya dimana rumen membengkak di bagian kiri dan terasa keras saat ditekan. Apakah kondisi yang dialami sapi petani tersebut? Bagaimana upaya pencegahan dan penanganan yang sebaiknya dilakukan?
    • Sapi mengalami bloat.
    • Pengobatan dengan pemberian minyak sayur dan menggunakan stomach tube dengan memasukkan selang ke dalam rumen sehingga gas dapat dikeluarkan.
    • Pencegahan dengan menghindari penggembalaan pagi hari, serta pemberian pakan yang tidak berembun atau dikeringkan terlebih dahulu.
  2. Pak Bedi memiliki 5 ekor sapi perah di peternakannya. Untuk mengejar target pasar, pak Bedi terus melakukan produksi susu tanpa menerapkan masa kering kandang. Namun beberapa hari kebelakang sapi-sapi pak Bedi sering berbaring di lantai pada sternum disusul dengan kembung. Dokter hewan dipanggil dan menyarankan pemberian vitamin D pada sapi. Apakah yang terjadi pada sapi? Apa hubungan antara vitamin D dengan kondisi sapi?
    • Merupakan kasus milk fever (hipokalsemia), ditandai dengan gejala lemas, males berdiri, dan gangguan defekasi.
    • D berfungsi menjaga keseimbangan kadar kalsium dan fosfat untuk pengaturan penyerapan kalsium yang lebih banyak dari pakan yang diterima.
  3. Pada masa terakhir kebuntingannya, seekor sapi menjadi malas bergerak dan jalannya tidak beraturan. Setelah diperiksa, dry matter intake (bahan kering) yang dikonsumsi sapi tidak dapat memenuhi peningkatan kebutuhan energi untuk maintenance dan produksi sehingga terjadi pemecahan cadangan lemak tubuh. Berdasarkan kasus tersebut, apa yang terjadi pada sapi tersebut dan apa yang anda sebagai dokter hewan sarankan untuk peternak? Mengapa?
    • Sapi mengalami ketosis.
    • Penanganan dengan pemberian ransum tinggi karbohidrat dan serat yang cukup, diberi zat aditif seperti niasin kalsium propionate, dan propilen glikol dapat mencegah ketosis. Agar efektif, suplemen ini harus diberikan dalam 2-3 minggu terakhir dari masa kehamilan, serta selama periode rentan ketosis.

Sesi kajian diakhiri dengan pemaparan notulensi kajian. Dengan berakhirnya sesi kajian, maka berakhir pula kegiatan HSTP SHARING ini. Kegiatan ditutup dengan foto bersama sebagai dokumentasi.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.