11 Mei 2021

            Pada hari minggu, 9 Mei 2021, Biro Litbang HSTP FKH UGM, bersama dengan Divisi Unggas HSTP FKH UGM telah melaksanakan kegiatan HSTP SHARING pertama pada kepengurusan 2021/2022. Kegiatan ini diikuti oleh pengurus, anggota, dan alumni HSTP FKH UGM. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring melalui media google meet. Tautan kegiatan telah dibagikan 2 hari sebelumnya melalui media sosial HSTP FKH UGM serta grup biro, divisi, dan grup besar HSTP FKH UGM.

            Kegiatan dimulai dengan pembukaan oleh pemandu acara dari Biro Litbang, Chairunnisa Isnainingrum. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi dari Divisi Unggas yang diwakili oleh Farid Firnanda dan Krisnayan Adha.

            Topik materi kegiatan ini adalah CEMARAN AFLATOKSIN PADA PAKAN UNGGAS. Topik ini diambil karena melihat banyaknya kejadian pada peternak masyarakat yang masih kurang paham mengenai penyimpanan pakan maupun pemilihan pakan yang baik, yang dapat dilakukan untuk mencegah cemaran aflatoksin pada pakan. Melalui materi ini diharapkan peserta, sebagai mahasiswa kedokteran hewan dapat mengedukasi para peternak masyarakat mengenai penyimpanan pakan dan pemilihan pakan ternak yang bebas aflatoksin.

            Divisi Unggas, dalam materinya memaparkan mengenai Aflatoksin, yang merupakan toksin dari kapang genus Aspergillus sp. Toksin ini memiliki tingkat toksisitas yang tinggi dan menyebabkan Aflatoksikosis, keracunan akibat ingesti dari toksin tersebut. Aflatoksin dibagi menjadi empat jenis toksin, berdasarkan kapang yang menghasilkannya. Terdapat jenis aflatoksin B1, B2, G1, dan G2. Penyebab pakan ternak tercemar aflatoksin antara lain penyimpanan pakan yang tidak memenuhi standar sanitasi dan hygiene, juga manajemen pemeliharaan (sistem perkandangan, sistem pemeliharaan, sistem gudang pakan, sistem pemberian pakan) serta program kesehatan yang kurang baik. Unggas, terutama ayam yang memakan pakan tercemar aflatoksin dapat mengalami berkurangnya laju pertumbuhan, FCR yang buruk, penurunan produksi telur dan daya tetas pada ayam layer, mengganggu absorbsi nutrien, hingga mengakibatkan kerusakan hepar.

            Setelah pemaparan dari Divisi Unggas, dilanjutkan dengan kuis melalui media quiziz. Kuis diikuti oleh peserta yang hadir pada kegiatan. Pemenang kuis kali ini adalah Marcellinus Evan dari Divisi Akuatik. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan kajian yang dipimpin oleh Fajar Noor, perwakilan dari Biro Litbang, dan notulensi oleh Mayla Qudrunnida dari Divisi Unggas. Isu kajian yang dibahas dari materi tersebut adalah,

  1. Peluang pencemaran aflatoksin di Indonesia cukup besar karena lingkungan yang mendukung pertumbuhan kapang. Apa yang dapat dilakukan oleh peternak untuk mencegah pertumbuhan kapang pada lingkungan ternak?
  2. Mutu pakan tidak hanya ditentukan oleh komposisi nilai gizi dari pakan tersebut, tetapi juga harus bebas dari kontaminan seperti senyawa racun aflatoksin yang berpotensi mencemari pakan ternak. Manajemen penyimpanan pakan seperti apa yang efektif untuk mencegah pencemaran pada pakan?
  3. Adanya residu aflatoksin pada produk ternak akan membahayakan manusia yang mengkonsumsinya. Sebagai seorang dokter hewan apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi beredarnya produk pakan ternak dengan cemaran aflatoksin?

Dari ketiga poin isu yang dibahas pada sesi kajian tersebut, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut,

  1. Peternak harus selalu melakukan pengecekan pada pakan ternak, mulai dari pembelian pakan hingga saatnya memberikan pakan pada ternak. Pencegahan pertumbuhan kapang pada pakan, dapat juga dengan menambahkan tepung bawang putih dan tepung temulawak untuk antioksidan, mengurangi zat air pada pakan, serta mengurangi kelembaban pada lingkungan pemeliharaan ternak dengan ventilasi yang memadai. Wadah dan gudang pakan juga harus rutin dibersihkan.
  2. Penyimpanan pakan yang baik utamanya dimulai dari manajemen gudang pakan, dengan cara memberi celah antar karung pakan, membuat sekat-sekat untuk pakan curah, memisahkan pakan yang gampang tercemar, hingga mencegah penumpukan pakan. Hindari penyimpanan pakan langsung menyentuh lantai/tanah (diberikan alas kayu pallet). Ventilasi gudang pakan juga harus diperhatikan agar gudang pakan tidak lembab. Sirkulasi gudang pakan yang baik dapat mencegah tumbuhnya kapang.
  3. Dokter hewan memiliki peranan penting sebagai quality control di pabrik-pabrik pakan ternak komersial. Melalui peningkatan quality control pada pakan komersial, pencemaran aflatoksin bisa dicegah seminimal mungkin. Selain itu, dokter hewan juga dapat malakukan pengecekan rutin di pengepul bahan pakan ternak seperti jagung dan bekatul. Pengecekan ini bertujuan untuk mencegah pakan yang tercemar diedarkan, juga mengedukasi pelaku industri bahan pakan ternak mengenai penyimpanan dan pengolahan bahan pakan ternak sehingga produknya bebas cemaran kapang.

Sesi kajian diakhiri dengan pemaparan notulensi kajian. Peserta teraktif pada sesi kajian adalah Dinda Aliffia dari BPH Inti. Dengan berakhirnya sesi kajian, maka berakhir pula kegiatan HSTP SHARING ini. Kegiatan ditutup dengan foto bersama sebagai dokumentasi.

Mei 2020

Biro Litbang dan Divisi Unggas

HSTP FKH UGM


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.