Tahun 2016 lalu, Kementerian Pertanian (Kementan) telah meluncurkan program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB) sebagai upaya percepatan peningkatan populasi sapi bunting dan melahirkan dengan baik untuk tercapainya swasembada daging di Indonesia. Upsus Siwab mempunyai dua program utama, yaitu Inseminasi Buatan (IB) dan Intensifikasi Kawin Alam (Inka). Program ini menargetkan 70% dari 5,9 juta ekor sapi betina dewasa, yaitu sekitar 4 juta ekor, akan dijadikan aseptor (ternak yang di IB) dengan kebuntingan dan kelahiran yang diharapkan adalah 3 juta ekor atau 73% dari aseptor.

Pelaksanaan IB oleh Mentan Syahrul didampingi Petugas IB (mediaindonesia.com)

Satu tahun berjalan, program Upsus Siwab menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Tercatat hingga tanggal 8 Desember 2017 capaian IB nasional sebanyak 3.690.721 ekor atau 92,27% dari target 4 juta ekor. Ditambah laporan dari iSIKHNAS yang menyebutkan bahwa jumlah kebuntingan nasional mencapai 1.624.614 ekor atau 54,13% dari target 3 juta ekor dan jumlah kelahiran sebanyak 706.314 ekor. Di tahun selanjutnya terjadi peningkatan, dimana  capaian IB sebanyak 3.987.661 ekor atau 132,92% dari target 3 juta ekor, jumlah kebuntingan sebanyak 2.051.108 atau 97,67% dari target 2.100.000 ekor, dan jumlah kelahiran mencapai angka 1.832.767 ekor dari target 1.680.000 ekor. Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program Upsus Siwab telah terealisasi sebanyak 7.964.131 ekor sapi betina yang di IB dan kelahiran pedet mencapai 2.743.902 ekoryang setara dengan Rp 21,95 triliun jika diasumsikan harga pedet lepas sapih sebesar Rp 8 juta per ekor. Besarnya angka tersebut menghasilkan nilai tambah untuk para peternak sebesar Rp 20,54 triliun mengingat investasi program Upsus Siwab hanya Rp 1,41 triliun. Keberhasilan ini tentunya didukung oleh upaya-upaya pemerintah dalam mecapai target swasembada daging. Upaya tersebut adalah meningkatkan perhatian dalam hal penyediaan dan pendistribusian semen beku dan N2 cair, penanggulangan gangguan reproduksi pada sapi betina, pemenuhan hijauan pakan ternak, serta pengendalian pemotongan sapi betina produktif.

Untuk lebih mendongkrak tercapainya swasembada daging 2026 mendatang, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) di tahun 2020 ini mencanangkan program baru yang dinamai Sapi-Kerbau Komoditas Andalan Negeri (SIKOMANDAN). Program tersebut merupakan progam lanjutan dari program sebelumnya, Upsus Siwab. Pilihan sapi dan kerbau dikarenakan daging sapi dan kerbau sebagai sumber protein hewani yang paling digemari masyarakat. Sayangnya, tingginya permintaan pasar akan daging berbanding terbalik dengan produksi daging dalam negeri yang belum optimal. Lambatnya pertumbuhan populasi sapi dan kerbau dalam negeri umumnya dikarenakan manajemen reproduksi ternak yang belum optimal. Hal ini menyebabkan pemerintah Indonesia masih harus melakukan impor daging. Dengan adanya Sikomandan yang dijalankan pemerintah melalui kegiatan Optimalisasi Reproduksi, diharapkan dapat memperbaiki sistem pelayanan peternakan kepada masyarakat, perbaikan manajemen reproduksi dan produksi ternak serta perbaikan sistem pelaporan dan pendataan reproduksi ternak melalui sistem aplikasi iSIKHNAS.

Program Sikomandan telah menunjukan hasil yang cukup menggembirakan bagi Indonesia. Tercatat hingga 17 Mei 2020, program tersebut telah mencapai realisasi akseptor sebanyak 1.579.158 ekor atau 63,29% dari target 2.495.007 ekor. Jumlah kebuntingan sapi betina juga mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 884.661 ekor atau 50,35% dari target 1.757.130 ekor serta jumlah kelahiran kumulatif sapi dan kerbau sebanyak 834.213 ekor atau 33,82% dari target 2.466.522 ekor.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, menyatakan bahwa upaya untuk menggenjot dan meningkatkan populasi sapi lokal salah satunya adalah melalui optimalisasi program IB secara massal yang telah dilakukan sejak 2017 lalu. Ia berharap dalam beberapa tahun  ke depan populasi sapi dan kerbau dalam negeri terus mengalami peningkatan.

Di masa pandemik saat ini, Kementan sangat mengapresiasi para petugas inseminasi buatan (inseminator), pemeriksa kebuntingan (PKb), asisten teknis reproduksi (ATR), dan petugas lapangan lain atas kerja kerasnya mensukseskan program Sikomandan ini. Kementan juga akan terus berkoordinasi agar kendala di lapangan dapat terselesaikan, termasuk ketersediaan dan pendistribusian semen beku dan N2 cair, serta kontainer untuk para petugas IB di lapangan.

Harapannya, jumlah kebuntingan dan kelahiran sapi dan kerbau dalam negeri akan terus meningkat hingga akhir tahun dan dapat memenuhi target 2020. Tentu saja diimbangi dengan mengoptimalkan pelaksanaan IB sebagai bagian dari program Sikomandan.

Referensi:

http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/91059/SAPI-KERBAU-KOMODITAS-ANDALAN-NEGERI-SIKOMANDAN/

https://disnakkeswan.jatengprov.go.id/assets/upload/files/Evaluasi_2018_Pelaks_SIWAB2019_Dirjen_PKH.pdf

https://disnakkeswan.ntbprov.go.id/mengenal-upsus-siwab-upaya-khusus-sapi-induk-wajib-bunting/

https://mediaindonesia.com/read/detail/314947-kementan-pandemi-tak-halangi-capaian-program-sikomandan

https://tabloidsinartani.com/detail/indeks/ternak/11045-Swasembada-Daging-dari-SIWAB-menjadi-SIKOMANDAN

https://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=view&id=2460

Rusdiana, S. 2018. Program Siwab untuk Meningkatkan Populasi Sapi Potong dan Nilai Ekonomi Usaha Ternak. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 35 (2): 125-137


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.