Pandemi virus SARS-Cov2 atau COVID 19 di Indonesia berdampak ke sejumlah sektor usaha di Tanah Air. Tak terkecuali sektor peternakan. Banyak usaha peternakan yang terancam gulung tikar. Dilansir dari detikfinance, sebanyak 12 juta pegawai peternakan terancam PHK. Pasalnya hasil panen peternakan, terutama ayam ras pedaging melimpah dari kandang sedangkan permintaan ayam berkurang sehingga harga ayam dari kandang merosot tajam.
Harga ayam tingkat peternak berkisar pada angka Rp4.000-Rp15.000 per kilogram. Padahal untuk biaya produksi, peternak setidaknya membutuhkan modal Rp17.000 per kilogram. Sementara Harga Pokok Penjualan (HPP) karkas ayam berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) mencapai Rp18.200-Rp28.500 per kilogram. Hal tersebut cukup meresahkan peternak, karena walaupun harga pasar yang ditetapkan pemerintah cukup tinggi, namun harga jual ayam dari kandang masih sangat rendah.
Kondisi tersebut diperparah dengan turunnya permintaan ayam hingga 40% sejak marak pandemi COVID 19. Selama periode pembatasan sosial berskala besar (PSBB) banyak pelaku usaha yang menjadi konsumen utama peternakan ayam seperti restoran dan rumah makan memilih tutup ataupun membatasi produksi. Selain itu daya beli masyarakat juga menurun akibat tidak bisa bekerja maupun enggan berbelanja ke pasar. Bahkan beberapa pasar induk di Jawa ditutup sementara selama PSBB.
Selain turunnya harga dan permintaan, pembatasan dan penutupan akses ke beberapa daerah di Indonesia juga berdampak pada produksi peternakan. Pengiriman ayam baik ayam hidup maupun yang berbentuk karkas dari peternakan ke konsumen menjadi terhambat.
Strategi-strategi untuk menanggulangi dampak COVID 19 pada sektor ternak produktif telah diupayakan oleh Kementrian Pertanian. Salah satunya yaitu pengalokasian dana CSR (Corporate Social Responsibility) dalam bentuk pendistribusian karkas beku pada petugas medis dan masyarakat di wilayah wabah. Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) mengoptimalkan pemotongan unggas di RPHU dengan cara menambah waktu operasional pemotongan mencapai 15 jam per hari dan menyimpan karkas frozen di cold storage. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya mengurangi peredaran livebird sehingga stabilisasi harga dapat tercapai. Selain itu, guna memudahkan pendistribusian produk peternakan, Kementrian Pertanian mencanangkan kerjasama dengan enam mitra peternakan dan Grab Indonesia. Adapun enam mitra tersebut, dilansir dari website ditjenpkh.pertanian.go.id adalah PT. Charoen Pokphan Indonesia, PT. Japfa Comfeed Indonesia, PT. Tri Putra Panganindo, PT. Cimory, PT. Indoguna Utama dan PT. Agro Boga Utama, dan pengembangan pemasaran produk peternakan berbasis online dengan 3 start up digital market place yakni etanee, Tani Supply Indonesia dan SayurBox. Untuk mengurai permasalahan pangan Indonesia di tengah pandemi COVID 19 tersebut Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, memanggil seluruh pelaku usaha bidang pertanian dan peternakan maupun mitra usaha bidang transportasi dan para generasi milenial untuk turut membantu memenuhi ketersediaan pangan bagi 267 juta masyarakat Indonesia.
Tak hanya itu, Ditjen PKH dan Kementrian Perdagangan juga mengupayakan pembelian ayam dari peternak mandiri di Pulau Jawa dengan harga yang disesuaikan dengan HPP. Rencana tersebut ditindaklanjuti dengan penandatanganan kerjasama antara Ditjen PKH dengan PT. Universal Agri Bisnisindo, Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) dan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (PINSAR) dalam pembelian ayam ras siap potong. Dilansir dari website ditjenpkh.pertanian.go.id telah terkumpul 23 perusahaan yang akan membantu penyerapan livebird. Dari jumlah tersebut, 15 perusahaan telah berkomitmen akan menyerap livebird yang khusus ada di pulau Jawa. Jumlah kesanggupan pembelian livebird ada 4 juta ekor kurang lebih. 8 perusahaan akan segera menyusul.
Implemantasi kerjasama tersebut mulai dijalankan. Sebagai contoh, pada tanggal 22 April 2020, PT Japfa Comfeed sudah melakukan pembelian livebird di farm broiler peternak mandiri milik Sugeng Wahyudi (anggota GOPAN) di Dramaga Tanjakan Bogor. Dilansir dari agrofarm, pembelian livebird oleh PT. Japfa Comfeed sebanyak 1.920 ekor, dengan harga Rp 15.000/Kg dan akan didistribusikan ke RPH-U Parung Ciomas, Bogor.
Selain itu, Ditjen PKH telah menerbitkan Surat Edaran Dirjen Peternakan dan Keswan Nomor 2669 tentang Pengurangan (cutting) Hatching Egg (HE) umur 19 hari pada bulan Maret sebanyak 17,5 juta butir kepada seluruh perusahaan pembibit. Realisasinya mencapai 22,8 juta butir. Secara langsung, tindakan ini mengurangi 21,6 juta ekor setara dengan 23,8 ribu ton daging ayam broiler pada bulan April. Sementara itu, Direktorat Perbibitan dan Produksi ternak juga melaksanakan tunda setting kepada telur tetas fertil yang sebenarnya untuk ditetaskan namun layak untuk dikonsumsi. Telur-telur tersebut didistribusikan ke sekolah, pesantren, dan masyarakat yang terdampak wabah COVID 19.
Lalu, untuk menanggulangi pembatasan akses di beberapa daerah di Indonesia, Presiden Joko Widodo dalam arahannya meminta daerah untuk mempermudah akses pengiriman logistik agar daya beli dan suplai pangan tetap terjaga.
Referensi
https://www.agrofarm.co.id/2020/04/22897/
https://tirto.id/nasib-buram-petani-dan-peternak-di-tengah-pandemi-covid-19-eNpo
0 Comments