Indonesia dikenal sebagai negara dengan memiliki kekayaan hayati tumbuhan yang tinggi dan warisan budaya dalam pemanfaatan tanaman obat untuk mengatasi berbagai penyakit. Hal ini membuat banyak peternak memanfaatkan berbagai tanaman obat lokal sebagai obat tradisional yang disebut jamu ternak. Jamu ternak dapat diberikan dalam bentuk larutan melalui air minum atau dalam bentuk tepung yang dicampur kedalam ransum sebagai makanan tambahan (feed suplement). Disamping itu jamu ternak dapat dibuat sendiri oleh peternak sehingga harganya lebih murah bila dibandingkan dengan harga obat pabrik, khasiatnya cukup ampuh untuk mencegahan maupun mengobati penyakit ternak unggas. Jamu ternak yang diberikan terdiri dari kombinasi beberapa tanaman obat yang mengandung zat aktif, yang berfungsi sebagai anti viral, antibiotik, dan antibakteri. Berdasarkan penelitian/ pengujian jamu ternak pada skala laboratorium, diperoleh bahwa ternak unggas yang diberi jamu ternak ternyata memiliki angka mortalitas yang rendah (dibawah 10%), ayam lebih sehat, lebih ramah lingkungan (bau amonia dari kotoran berkurang), lemak abdominalnya lebih sedikit, dan penggunaan pakannya lebih efisien dan ekonomis (Wardiny & Sinar, 2013). Jamu untuk unggas biasanya menggunakan bahan-bahan herbal semisal jahe, kencur, kunyit, temulawak, temu hitam, sambiloto, bawang putih, serai wangi, dan daun sirih (Kautsar, 2021).

Tanaman jahe dapat digunakan untuk jamu ternak.

Cara pembuatan jamu unggas antara lain:

  1. Bahan-bahan pertama (jahe, kencur, kunyit, bawang putih, temu lawak dan temu hitam) digiling atau ditumbuk, kemudian dicampur dengan air bersih kurang lebih 7,5 liter dan diperas dengan menggunakan saringan.
  2. Bahan lainnya yaitu daun sirih dan sambiloto direbus dengan air kurang lebih 2,5 liter hingga mendidih, disaring dan didinginkan, kemudian dicampurkan dengan hasil perasan bahan yang pertama.
  3. Campurkan molasses atau tetes (hasil samping dari pabrik gula tebu) untuk starter mikroroba aktivator, dalam hal ini yang digunakan adalah EM4 sekaligus sebagai penambah aroma (pengharum) yang bertujuan untuk meningkatkan palatabilitas atau kesukaan ternak unggas terhadap jamu.
  4. Apabila tidak ada molasses/tetes tebu dapat digunakan gula merah, dengan cara melarutkan gula merah sebanyak 2 kg dalam 1 liter air.
  5. Jamu yang sudah selesai dicampur dalam ember bertutup yang bagian atasnya dilapisi dengan kain bersih, kemudian difermentasi/diperam selama 10 hari, lakukan pengadukan setiap hari secara perlahan sampai 10 hari.
  6. Jamu ternak yang sudah selesai difermentasi/ diperam siap diberikan kepada ternak, atau selanjutnya dikemas dalam botol/jerigen plastik untuk dijual atau disimpan.
  7. Untuk memperpanjang daya simpan, jamu dapat disimpan dalam ruangan yang teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung.
  8. Peternak bisa memberikan dosis pemberian jamu untuk ternak unggas dengan takaran sebagai berikut,

Unggas umur 1 s/d 3 bulan 1 ml/ekor

Unggas umur > 3 bulan 2 ml/ekor

Jamu itu diberikan selama 3 -5 hari berturut – turut pada pagi dan sore hari, berikutnya diberikan satu kali seminggu. Pemberian dapat dilakukan dengan dicampur pada pakan atau air minum. (Kautsar, 2021).

 

Referensi:

Kautsar, M. (2021, May 16). Bukan Cuma Manusia, Unggas Juga Punya Ramuan Jamu Lho – Peternakan sariagri.id. Retrieved May 26, 2021, from https://peternakan.sariagri.id/71415/bukan-cuma-manusia-unggas-juga-punya-ramuan-jamu-lho

Wardiny, T.M., dan Sinar, T.E.A. 2013. Suplementasi Jamu Ternak Pada Ayam Kampung Di Peternakan Unggas Sektor 4. Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III 2013: 261 – 265.

Categories: ArtikelRecent Posts

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.