Jemema Abigail Bashay – Divisi Akuatik
Pada tanggal 11 Maret 2020, organisasi kesehatan dunia atau WHO (World Health Organization) menyatakan wabah penyakit akibat virus COVID – 19 sebagai pandemi global. Dinyatakannya status ini diakibatkan kasus positif di luar china yang meningkat tiga belas kali lipat di 114 negara dengan kematian pada saat itu mencapai 4.291 orang. WHO menyatakan bahwa selama ini belum pernah ada pandemi yang dipicu oleh virus corona dan pada saat yang bersamaan, belum pernah ada pandemi yang dapat dikendalikan. Atas dasar itu, maka WHO miminta negara- negara untuk mengambil tindakan yang mendesak dan agresi untuk mencegah dan mengatasi penyebaran virus corona (WHO, 2020).
Memasuki masa pandemi global, akan terjadi penyesuaian dan perubahan pola penyediaan pangan hewani disebabkan perubahan aktivitas manusia sebagai akibat dari terbitnya PP NO.21/2020. Hal tersebut diperkuat pula oleh FAO (2020) yang menyatakan perlu melakukan mitigasi pengaruh pandemi covid-19 terhadap sektor peternakan, sehingga harus memperhatikan dampaknya dari segi produksi ternak, prosesing hasil ternak, transportasi (global, regional, dan lokal), penjualan serta konsumsi terhadap bahan pangan hewani (Tiesnamurti, 2020).
Era new normal membawa konsekuensi terhadap perubahan sikap masyarakat, sehingga secara langsung akan berpengaruh terhadap pola konsumsi maupun penyediaan pangan (tiesnamurti, 2020). Menurut Ulya (2020), Kerawanan pangan terjadi akibat meningkatnya tingkat pengangguran yang terjadi sejak terjadinya pandemi dan menambah jumlah pengurangan tenaga kerja menyebabkan 23% masyarakat memiliki tingkat konsumsi seperti biasanya dan 36% masyarakat menurunkan tingkat konsumsi akibat penurunan kondisi tingkat keuangan.
Menurut berita yang berjudul “Penjualan Ayam Anjlok 40% Imbas Corona, Peternak Terancam Gulung Tikar” pada laman katadata.co.id oleh Yunianto (2020) disebutkan bahwa peternak mandiri di Pulau Jawa terancam gulung tikar seiring menurunnya permintaan akibat corona. Hal tersebut juga diperparah dengan anjloknya harga ayam karena melimpahnya jumlah pasokan ayam.
Dalam menghadapi hal tersebut, dibutuhkan strategi selama pandemi Covid-19 ini. Strategi pemasaran online merupakan salah satunya. Menurut Puntoadi (2011), Media sosial memberikan kesempatan untuk berinteraksi lebih dekat antara berbagai pihak, seperti antara produsen dengan konsumen, media sosial dapat menjadi bagian dari keseluruhan e-marketing strategi yang digabungkan dengan media sosial lainnya. Media sosial memberikan peluang masuk ke komunitas yang telah ada sebelumnya dan memberikan kesempatan mendapat feedback secara langsung.
Dalam jurnal oleh Ilmi, dkk. (2013) dalam penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa terdapat peningkatan konsumen dan perubahan cara pesan sebesar 25% setelah peternakan tersebut menggunakan internet dalam menjalankan usaha peternakan. Selain itu, menurut Susiawati (2017) dengan berjualan online, target pasar yang dicapai menjadi lebih luas, Bisnis dapat beroperasi 24 jam, dan bisa dipantau dari mana saja dan kapan saja. Apabila peternakan berada di wilayah terpencil, target konsumen kita hanyalah masyarakat yang ada di sekitar wilayah tersebut, solusinya adalah dengan berjualan online.
Hal tersebut sudah mulai diterapkan oleh pemerintah Kabupaten Sinjai, menurut Anonim (2020) Dinas peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Sinjai telah mengembangkan program La Sapi yang merupakan aplikasi berbasis android. Menurut drh. Mappamancu dalam portal tersebut bahwa dalam aplikasi ini peternak bisa memanfaatkannya dimana sapi ataupun hewan lainnya yang mau dijual mencantumkan berat, harga, gambar, nama dan nomor HP pemilik hewan sehingga pembeli dengan mudah bisa mengetahui kondisi hewan yang akan dibelinya. Aplikasi ini juga didalamnya ada layanan penyuluhan dan konsultasi kesehatan hewan dengan dokter hewan. Kita bisa langsung berkomunikasi via zoom tanpa perlu mendownload aplikasi zoom
Strategi bisnis melalui metode daring dalam industri peternakan tersebut ada baiknya dapat dilakukan oleh kabupaten atau kota lain, serta para peternak untuk tetap bertahan di era kenormalan baru selama masa pandemi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2020. Jual Beli Ternak Via Online, Pemkab Sinjai Siapkan Aplikasi LA SAPI : https://www.sinjaikab.go.id/v4/2020/07/03/jual-beli-ternak-via-online-pemkab- sinjai-siapkan-aplikasi-la-sapi/
Ilmi, I.U.N., Eddy, T., dan Setiadi, A. 2013. Penggunaan Internet Pada Usaha Peternakan Rakyat: Studi Kasus Pada Usaha Peternakan Kambing Barokah Gunungpati dan Peternakan Kelinci Hias Meteseh Kota Semarang. Animal Agriculture Journal. 2(1) : 59 – 67
Puntoadi, D. 2011. Menciptakan Penjualan Via Media Sosial. Jakarta : Elex Media Komputindo Susiawati, W. 2017. Jual Beli dalam Konteks Kekinian. Jurnal Ekonomi Islam. 8 (2)
Tiesnamurti, B. 2020. Prospek Peternakan di Era Baru Pasca Pandemi Covid-19 : Pemanfaatan Berkelanjutan Sumber Daya Genetik Ternak Sebagai Penyedia Pangan Hewani. STAP VII. 7
Ulya, H.N. 2020. Alternatif Strategi Penanganan Dampak Ekonomi Covid-19 Pemerintah Daerah Jawa Timur Pada Kawasan Agropolitan. El barka : Journal Islamic of Economic and Bussiness. 3(1) : 80-109
WHO. 2020. WHO Director-General’s opening remarks at the media briefing on COVID-19 – 11 March 2020: https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-general-s- opening-remarks-at-the-media-briefing-on-covid-19 11-march-2020
Yunianto, T. K. 2020. Penjualan Ayam Anjlok 40% Imbas Corona, Peternak Terancam Gulung Tikar : https://katadata.co.id/ekarina/berita/5e9a41c884448/penjualan-ayam-anjlok- 40-imbas-corona-peternak-terancam-gulung-tikar
0 Comments