Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan agar tidak bosan selama di rumah pada masa pandemi COVID-19 yaitu memelihara ikan cupang. Ikan yang mempunyai nama latin Betta sp, banyak digemari oleh pecinta ikan hias maupun masyarakat umum. Selain harganya yang cukup terjangkau dan perawatannya yang mudah, ikan ini juga memiliki warna yang beragam sehingga menjadi daya tarik tersendiri untuk dipelihara maupun dibudidayakan.

Ikan cupang di alam bebas banyak ditemukan di perairan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.  Di habitat aslinya ikan ini hidup di sungai, rawa, persawahan, serta perairan tawar dangkal lainnya. Ikan ini memiliki keistemewaan yaitu dapat hidup dalam lingkungan air minim oksigen. Hal ini terjadi karena cupang memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut labirin. Sehingga dengan adanya labirin ini, ikan cupang dapat mengambil dan menyimpan oksigen lebih banyak.

Ikan yang hidup berkelompok ini memiliki tiga jenis yaitu cupang liar, cupang hias, dan cupang aduan. Cupang liar merupakan jenis asli dari alam yang belum pernah dilakukan penyilangan atau rekayasa genetik. Selanjutnya, cupang hias memiliki bentuk sirip dan ekor yang panjang dengan warna tubuh yang menarik dan atraktif. Cupang jenis ini dipelihara untuk dinikmati keindahan bentuk, warna, dan gerakannya. Hal ini disebabkan karena cupang jenis ini sudah mengalami penyilangan atau rekayasa genetik beberapa kali. Lalu, cupang aduan memiliki lebar dan tinggi tubuh dengan ketebalan yang sama, ujung ekor bentuknya mengecil dengan gerakan yang agresif. Namun, mengadu ikan cupang tidak boleh dilakukan, sebab dalam konferensi hewan internasional disebutkan bahwa ikan juga memiliki hak untuk hidup. Sehingga, tindakan tersebut termasuk ilegal.

Cara untuk membudidayakan ikan cupang, langkah pertama yaitu pemilihan indukan yang berkualitas. Agar dapat menghasilkan anakan cupang yang berkualitas juga. Pemilihan indukan harus dengan kondisi tubuh yang bugar, bebas dari penyakit, dan tidak mengalami cacat bawaan. Selain itu, indukan jantan dan betina harus sudah memasuki fase matang gonad atau siap kawin. Ciri-ciri indukan jantan yang siap kawin yaitu sudah berumur 4-8 bulan, bentuk badan panjang, siripnya panjang dan warnanya terang atraktif, dan juga gerakannya lincah dan agresif. Sedangkan untuk indukan betina sudah berumur 3-4 bulan, bentuk badan membulat dengan perut sedikit buncit, siripnya pendek dan warnanya kusam tidak menarik, serta gerakannya lambat.

Untuk mengawinkan ikan cupang jantan dan betina, perlu dilakukan proses pemisahan sebelum dicampurkan dalam satu wadah yang sama. (Sumber : CNN Indonesia)

Langkah selanjutnya yaitu proses pemijahan atau pengembangbiakan. Setelah mendapat indukan jantan dan betina yang siap kawin, keduanya belum bisa disatukan. Siapkan dua wadah bening dan masukan indukan ke masing-masing wadah. Pertemukan dengan mendekatkan wadah dan lihat reaksinya. Untuk tempat pemijahan dapat diisi dengan air sungai atau air tanah yang bersih dan tambahkan tanaman air sebagai tempat sembunyi burayak (anak ikan yang masih kecil). Masukan indukan jantan terlebih dahulu ke tempat pemijahan untuk membuat gelembung yang nantinya berguna untuk menyimpan telur yang sudah dibuahi. Selang satu hari, indukan betina dapat dimasukkan dengan waktu pemijahan yang baik antara pagi dan sore. Lalu, tutup wadah dengan kain atau koran dan letakkan di ruangan tertutup agar proses pemijahan berlangsung tanpa adanya gangguan.

Untuk tahap pemijahan, setelah terjadi pembuahan telur segera keluarkan indukan betina karena betina akan memakan telurnya sendiri. Sedangkan indukan jantan akan mengambil telurnya dengan mulut dan diletakkan ke dalam gelembung yang telah dibuat. Setelah kurang lebih satu hari, telur-telur tersebut akan menjadi burayak. Selama tiga hari burayak tidak perlu diberi pakan karena masih ada nutrisi yang terbawa dalam telur. Selama menjaga burayak, indukan jantan akan berpuasa. Setelah itu, pemberian pakan berupa kutu air secukupnya. Setelah burayak berumur dua minggu, pisahkan burayak dengan indukan jantan. Pindahkan burayak ke wadah yang lebih besar dan berikan kutu air yang lebih besar atau larva nyamuk. Lalu, setelah 1,5 bulan burayak akan tumbuh menjadi ikan cupang dan bisa dipilah berdasarkan jenis kelaminnya.

Perawatan ikan cupang dapat dipelihara dalam akuarium tanpa menggunakan aerator. Meskipun begitu, aerator dapat menjaga kualitas air menjdi lebih bersih. Perlu juga mengganti air secara berkala untuk membersihkan air dari kotoran dan sisa makanan yan menumpuk di dasar wadah. Untuk pemberian pakan, ikan cupang biasa diberi kutu air, cacing sutera, dan larva nyamuk dan diberikan sekitar 3-4 kali sehari. Begitulah cara membudidayakan ikan cupang yang dapat dilakukan di rumah. Semoga bermanfaat dan selamat mencoba.

Referensi :

https://alamtani.com/budidaya-ikan-cupang/

https://hot.liputan6.com/read/3927285/cara-ternak-ikan-cupang-mudah-dan-bisa-jadi-usaha-rumahan

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200720154433-277-526750/cara-ternak-dan-budidaya-ikan-cupang-untuk-pemula

Bintang, Z. 2017. Panduan Praktis Budidaya dan Pemeliharaan Cupang. Jakarta: Penebar Swadaya.

Mitra Agro Sejati. 2017. Budidaya Ikan Cupang Hias. Solo: Pustaka Bengawan.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.